Sabtu, Oktober 11, 2008

Akal dan Hati

Manusia adalah makhluk terbaik di antara ciptaan Allah. Keterbaikan manusia itu terletak pada ruh suci Allah yang Dia tiupkan ke dalam diri manusia. Siapa pun manusia, dengan segala perbedaan tampilan yang nampak di dunia ini, sesungguhnya dia adalah makhluk terbaik yang pernah ada. Untuk mengiringi kebaradaan ruh suci Tuhan tersebut, maka manusia dilengkapi dengan akal dan hati serta nafsu. Tiga komponen ini sangat menentukan apakah manusia akan semakin mulia, ataukah sebaliknya, derajatnya akan turun bahkan jauh lebih rendah daripada binatang.
Akal menjadi barometer yang sangat membedakan manusia dari binatang. Komponen ini tidak dimiliki binatang. Dengan akal manusia bukan hanya mampu mengenal dirinya, tapi juga semakin mempertegas dan memperjelas jalan untuk menemukan Tuhannya. Di antara sekian banyak makhluk ciptaan Allah, hanya manusia yang diserahi Allah tugas untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Mengapa manusia yang dipilih Allah? Karena manusialah yang mampu memaksimalkan penggunaan akal.
Dengan nafsu sebagai komponen yang selalu menjadi oposisi bagi akal, manusia semakin teruji. Malaikat, salah satu makhluk Allah yang lain, juga dianugerahi akal namun tidak nafsu. Akibatnya tak ada yang istimewa dalam kehidupan Malaikat. Mereka makhluk yang statis dalam kualitas dirinya. Mengapa demikian? Karena Malaikat tak memiliki tantangan apa pun dalam hidupnya. Mereka patuh kepada Allah bukan karena hasil kesadaran dan perjuangan, bukan pula karena keberhasilan mereka dalam menemukan jalan menuju Tuhan, tapi karena memang sudah dikodratkan Allah dalam diri mereka untuk senantiasa patuh pada-Nya. Mengapa saya katakan "dikodratkan", karena Allah tidak menganugerahi mereka nafsu.
Komponen lain yang dimiliki manusia adlah hati. Tentu saja yang dimaksud di sini bukanlah hati yang berbentuk fisik, yang bisa diperiksa secara medis. Hati di sini adalah hati yang bersifat lathifun, ruhaniyyun, wa rabbaniyyun. Hati yang dalam bahasa Rasul Saw. Qalbun mukminin baytullah, yakni hati yang menjadi alat bagi manusia untuk menghubungi dan berhubungan dengan Tuhannya. Hati yang menyimpan segala kefitrahan manusia. Hati yang bernuansa keilahian, yang tak pernah berbohong dan tak bisa dibohongi, yang senantiasa tertarik pada kebaikan dan membenci segala bentuk keburukan.
Komponen yang bernama hati ini selalu berebut dengan nafsu dalam mengarahkan manusia. Tatkala hati berhasil mengarahkan manusia, maka manusia terangkat derajatnya bahkan jauh melebihi Malaikat. Sebaliknya, ketika hati dikalahkan nafsu, dan manusia terjerumus dalam gejolak nafsu, maka derajatnya akan turun bahkan jauh lebih rendah dari binatang.
Manusia yang terbaik adalah manusia yang mampu memaksimalkan potensi akal dan hati yang dimilikinya. Nafsu ia tundukkan di bawah kendali akal dan hati. Dengan akal manusia membaca ayat-ayat kauniyah. Melalui pembacaan terhadap ayat-ayat tersebut manusia akan menemukan jalan untuk berjumpa dengan Tuhannya. Dengan hati, manusia menempuh jalan tersebut, menghubungi Tuhan dan berhubungan dengan-Nya. Alangkah indahnya menjadi manusia.